Jumat, 22 Oktober 2010

5 Alasan Menikah yang Salah

1. Usia
Andaharus hati-hati jika menjadikan usia sebagai alasan untuk menikah. Andabisa menyesal nantinya bila menikah hanya karena terpengaruh dandesakan orang-orang di sekitar Anda yang mengungkit masalah usia Anda.Atau Anda ketakutan di cap perawan tua? Menikah dengan pertimbanganusia bukan alasan yang tepat. Kebanyakan perempuan menikah terburu-burukarena takut tidak bisa menemukan pasangan yang mau menikah dengannyananti. Padahal secara mental ia belum siap. Akhirnya penyesalan yangdidapat. ''Tak jarang akhirnya usia pernikahan hanya seumur jagung,ataupun selalu diisi pertengkaran,'' ujar Bambang.
2. Kasihan
"Ah,kasihan dia sudah banyak berkorban untuk saya". Alasan mengasihani priaseringkali membuat perempuan luluh hatinya dan tidak pikir panjangketika melangkahkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Padahal rasakasihan ini seringkali menghilang ketika Anda mulai menghadapikenyataan dalam rumah tangga.
''Lebih sulit lagi, jika ternyataorang yang kita kasihani itu berubah jadi menyebalkan. Ujung-ujungnyaAnda menyesal dan ingin bercerai,'' imbuhnya.
3. Hawa Nafsu
ApakahAnda termasuk yang melihat pasangan hanya dari penampilan fisik atausecara finansial saja? Ketampanan atau kecantikan orang akan berubahseiring dengan waktu. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Makaberhati-hatilah bila tampilan fisik menjadi alasan Anda untuk buru-burumenikah.
''Ada kasus seorang perempuan menikah karena suaminyakaya dan tampan. Setelah menikah ternyata suami sakit, dan kekayaanmakin menipis, bisa Anda bayangkan apa yang terjadi bukan,'' tegasBambang.
4. Menjaga kehormatan keluarga
DiIndonesia yang masih menjaga adat ketimuran, menikah dengan alasanhutang budi atau balas budi masih  kerap terjadi. "Ingin menghormatipermintaan orang tua dan ingin balas budi orangtua, jadi mau sajadinikahkan. Kalau sudah begini Anda harus lebih hati-hati," ungkapnya.
5. Ingin cepat keluar rumah
Ingincepat keluar rumah, tidak tahan mendengar orangtua selalu bertengkar,tidak nyaman terus-terusan diatur orangtua? Kalau ini alasan Andaingin menikah, yakinlah Anda akan tertekan dalam menghadapi pernikahan.
"Apalagijika usia saat menikah masih sangat muda, Anda bisa jadi amat tertekan.Pernikahan itu memasuki tanggung jawab yang besar dan bukan lepasdarinya," 

Kesaksian Josh Pieter (Jupiter Fortissimo) - Lepas dari jerat dosa homoseksualitas, Seks Bebas dan Narkoba

Perceraian orang tuanya membuat  Jupiter Fortissimo Jansen Talloga, bintang sinetron dan model ini masuk dalam dunia semu dan laknat.
Di pinggir kolam renang  apartemen ITC Permata Hijau Tower A di lantai 8, Jupiter Fortissimo Jansen Talloga, 26, muncul. Wajahnya nampak cerah. Di bahu bergayut tas backpack, Tangannya memegang bibel yang bersampul kulit sapi, warna coklat.  Ia baru saja pulang kuliah. "Semenjak aku menceritakan  kehidupanku yang kelam 17 Desember 2007. Hidupku  jauh lebih tenang," ujar pria kelahiran Jakarta,  3 Februari 1982  Ditingkahi suara derai hujan,  Jupiter menumpahkan  rangkaian perjalanan hidupnya pada Witri Suarti dari Tabloid Wanita Indonesia.  

Mami Papi Cerai
Cerai, adalah kata yang paling aku benci.  Karena perceraian inilah yang menjerumuskanku ke dunia yang kelam. Mamiku melahirkan 4 anak, aku anak ketiga.   Mami  beberapa kali kawin cerai. Sehingga, aku dengan saudara-sauadaraku, satu  kandung, namun lain bapak.   Aku tak ingat, berapa tahun  usiaku ketika   Papi dan Mami bercerai.  Yang jelas waktu itu aku belum sekolah, mungkin masih balita (bawah lima tahun).  Namun, saat itu aku merasakan kesedihan.  Waktu Papi dan Mami masih bersama, kami tinggal di  Jakarta. Hingga suatu hari aku dan  tiga kakak, dan 1 adik ikut dengan Mami untuk menetap di Medan.  Kami tinggal bersama-sama orang tua Mami dan Tante.  Di situ juga ada pembantu rumah tangga, dan dua orang pengasuh laki-laki, yang biasa aku panggil Oom.
Di masa itu, masih kuingat Mami bekerja keras untuk menghidupi  aku dan saudara-saudaraku.  Dia wanita yang kuat, bayangkan bolak balik  Jakarta Medan, untuk menyambung hidup kami, bekerja di sebuah MLM (Multi Level Marketing)   Walau sibuk,  tiap minggu mami  tak pernah lupa mengajak kami ke Gereja. 

Pelecehan Seksual Itu  
Kata banyak orang, sejak kecil, aku paling cute dibanding saudara-saudaraku. Sehingga banyak orang  gemas  dan ingin mencubit pipiku. Namun suatu hari sebuah kejadian menimpaku. Kejadian ini mempengaruhi perkembangan diriku di masa depan.  Saat Mami,  pembantu rumah tangga,  nenek dan Tante pergi.  Ketika itu hanya ada aku dan saudaraku yang lainnya yang masih kecil. Kami semua dititipkan oleh para pengasuh. 
Aku masih ingat, saat itu aku tengah tidur siang,  pengasuhku  datang dan tidur di sisiku.  Kemudian Ia mulai mengelusku dan lama-kelamaan terjadi pelecehan seksual padaku.   Waktu itu, aku masih terlalu kecil untuk mengerti apa arti dari perlakuannya itu. Aku juga tak cerita pada  Mami atau pada orang lain. Aku pikir, perlakuan pengasuh itu sebagai ekspresi kasih sayang pria dewasa.  Ia mendekatiku dengan penuh kasih sayang.  Aku tak tahu apakah hal ini harus ditanyakan pada Mami. Lagipula, bagi anak sekecilku saat itu, perlakuan itu tidak kasar.   Karena aku tak pernah bertanya dan diam saja, kedua pengasuh laki-laki itu menjadi sering melakukan pelecehan seksual. Setiap hal itu dilakukan padaku, aku merasa bahwa hal itu wajar. 
Kalau ingat peristiwa ini saat ini, huekk! Aku ingin muntah dan marah. Iblis telah mengoyak-ngoyakku sejak aku balita.

Jatuh Cinta  
Saat duduk di kelas 1 SMP,  Mami mengajak aku dan saudaraku  pindah ke Jakarta. Saat itu, aku tak tahu apakah aku harus bersyukur atau tidak jauh dari  dua pengasuhku.  Aku cuma menjalani  kehidupan ini.   Di Jakarta, dengan penampilanku yang lumayan,  banyak teman wanita mendekati. Salah satunya menarik hati dan  membuatku jatuh cinta. Kami pun pacaran.  
Sebagai remaja, aku mulai berpikir dewasa. Aku kasihan melihat Mami banting tulang. Aku bertekad mencari uang sendiri.  Dengan tampangku yang lumayan ini, aku mencoba mengikuti Pemilihan Coverboy di sebuah majalah remaja. Aku berhasil masuk finalis dan dari situ karirku mulai menapak. Dengan honor pemotretan dan acara-acara yang aku hadiri, aku bisa memiliki uang saku sendiri.  Aku bahagia, karena bisa meringankan beban Mami.  Beberapa tahun setelah itu, aku mudah sekali mendapatkan uang. Tawaran main sinetron, film, iklan, mulai membanjir. Aku lupa diri. Aku habiskan uang itu, untuk senang-senang. Aku memang norak. Saat itu aku merasa butuh pengakuan kalau aku ini  'oke' dari teman-temanku. Tak heran aku berlaku royal sekali mentraktir teman-temanku untuk makan, minum, dan lainnnya. 
Masuk SMA, aku makin 'mabuk popularitas', hingga kemudian terjerat narkoba . Aku mulai memakai ekstasi, berkenalan dengan dunia gemerlap, clubbing setiap minggu, hang out dari satu kafe ke kafe lainnya. Pergaulanku semakin bebas.  
Saat itu aku memilih pindah dari rumah dan tinggal di apartemen, agar bisa hidup bebas.  Uang dari hasil bekerja, aku habiskan untuk berfoya-foya di club-club di Jakarta, termasuk membeli ekstasi agar aku bisa lincah menari.
Saat clubing inilah aku bertemu dengan banyak kawan baru. Di sini juga aku mencoba pengalaman baru merasakan bebasnya melakukan seks. Bertemu teman baru di club, tertarik, suka sama suka, berkenalan, dan kemudian berlabuh di hotel untuk pesta seks. Jujur saat itu aku melakukan dengan siapa pun. Baik  laki-laki atau perempuan. 
Jujur,  saat itu aku lebih suka berhubungan dengan laki-laki. Walau aku juga bisa berhubungan dengan perempuan. Setan benar-benar membuat aku tak malu melakukan perbuatan dosa.  Aku cuek saja.  Bebas sebebas-bebasnya melakukan hal yang aku inginkan.  Saat itu aku juga mulai sombong dengan pekerjaanku sebagai bintang sinetron. Kelakukanku yang suka clubbing dan menkonsumsi ekstasi, membuat aku sering telat ke lokasi syuting. Pesta seks semalam dan ekstasi membuat benar-benar bodoh.  

7 Hari Berturut-turut di Diskotik 
Tahun 2001, aku mulai sedikit berpikir.  Sampai kapan aku begini? Entah mengapa kemudian aku melangkahkan kakiku ke gereja. Namun, setan menguasaiku kembali. Hanya sebentar ke gereja, aku terjerumus lagi. Bahkan lebih dalam. Ini karena aku berpikir bahwa aku  tak akan sembuh dari orientasi seks homoseksual dan ekstasi. Ya sudah, aku nikmati dan jalani saja dosa-dosa ini.  Aku tak peduli dengan Tuhan, agama dan moral.  
Tahun 2002 Mami mulai mencium kegilaanku itu. Karena aku tak lagi merayakan Natal bersama keluarga.
Saat Jumat, Sabtu, Minggu, aku clubbing di lantai dansa, dan selalu berujung di hotel untuk berpesta seks dan juga menikmati ekstasi.     Aku cuma bisa menyalahkan perceraian Mami Papiku, dan meluapkan kemarahan pada dua pengasuhku dulu yang biasa aku panggil Om. Dialah awal malapetaka ini. Merekalah yang telah melukis dosa di tubuhku.
Tahun 2003, aku tak ikut merayakan Natal. Aku tak peduli. Aku asyik  masyuk dengan dosa.  Menikmati dunia gelapku, aku terus berkenalan dengan orang-orang baru  yang bisa kuajak pesta seks. Bayangkan, aku bisa  7 hari berturut-turut di diskotik tanpa henti!
Tahun 2004, Mami datang ke apartemenku. Dia mencoba menasehatiku. Aku nggak peduli, malah aku mengusirnya.
Tubuhku waktu itu benar-benar telah dikuasai setan. 
Namun, Mami tak pernah putus asa.  Mami datang lagi  saat   di penghujung Desember,  ia memberiku hadiah sebuah bible dari Eropa,  harganya Rp 500.000,- . Tiba-tiba saja keharuan menyelimutiku. Ada perasaan sejuk saat itu. Aku meneteskan air mata, kupeluk mami.  Kami berdua bertangisan.  
Mami tak banyak berkata-kata. Namun dari bibel pemberian, ada banyak makna yang tersimpan. Aku tahu, Mami saat itu sedang susah. Namun, ia usahakan membeli bible mahal itu. Padahal aku tahu,  Mami bukan tipe  wanita yang romantis yang suka memberikan hadiah.  Aku tersadar, Mami selama ini berdoa untukku. Berdoa agar aku  tak tenggelam lebih jauh lagi.

Aku Takut Tuhan  
Waktu itu aku belum berani membuka bible. Aku pikir, aku berlumur dosa tak pantas membuka buku suci itu. Hingga di tahun 2005, aku perhatikan bible itu, pelan-pelan aku buka, tiba di  <span>Korintus 6 ayat 9. Janganlah  sesat!  Orang Cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tak  akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.</span> 
Aku tercekat. Air mataku bersimah dengan derasnya. Apa yang disebutkan di dalam kitab itu sebagian ada pada diriku. Aku tobat, mohon ampun pada Tuhan. Detik itu juga, aku berjanji tak akan lagi menikmati ekstasi, pergaulan bebas, homoseksual.  Aku ingin mendapat bagian dalam kerajaan Allah. 
Ternyata cobaan  untuk ke arah Tuhan, sangat berat. Pergaulanku  dengan orang-orang yang terjerat ekstasi  tak bisa kuhindari. 
Aku sekuat tenaga menjauhi   pergaulan bebasku. Dengan kekuatan doa, bersyukurlah aku terbebas dari itu semua. Hanya saja, dampak ekstasi itu masih bersisa di tubuhku.  Kini aku menjadi sering lamban berpikir dan pelupa. Bahkan syarafku sempat terjepit di punggung. Aku sampai terbongkok-bongkok bila berjalan. Kata dokter, kalau aku biarkan, aku bisa lumpuh. Beruntung aku bisa diselamatkan.
Terima kasih Tuhan, Kau beri aku jalan. 

Kuliah  Rohani 
Lambat laun pengaruh jahat dari ekstasi mulai lepas dariku. Aku kembali bisa berjalan tegap lagi. Aku juga makin  giat ke gereja dan membaca kitab.
Kakak-kakak rohaniku menyarankan agar aku kuliah  Di  Rhema Bibel Training, Cabang  Amerika, di kawasan Daan Mogot, untuk belajar  bible selama 2 tahun. Kuliah ini sangat kuperlukan agar rohaniku terus menerus disirami oleh Tuhan. Dengan begitu rohaniku akan terus terpantau. Sehingga aku tak akan balik lagi ke dunia yang gelap. Dulu di tahun 2001, aku sempat tobat, tapi karena tak terus menerus aku sirami. Aku  kembali terjerat ekstasi dan pergaulan bebas.   
Sekarang, aku benar-benar siap untuk menikah.  Dulu aku sempat punya kekasih. Namun, aku tak berani menikah. Karena aku tak mau menyakiti hati istriku. Karena dalam kondisi aku seperti dulu.  Berarti aku akan mengkhianati istriku, dengan tetap berhubungan dengan teman sejenis. Ada beberapa wanita yang sekarang ini tengah kulirik. Kami sama-sama punya minat yang sama pada Agama. Aku berdoa, semoga aku mendapatkan  istri yang sama-sama memperkuat  rohani kami. 
Di bulan Desember 2007 lalu, aku tiba-tiba dihubungi teman, untuk menggantikan Roy Marten yang  waktu itu ditahan di Surabaya, untuk memberi kesaksian di hadapan mantan narapidana dan narkoba di  Healing centre, Gedung wisma mulya,  City plaza, tanggal 17 Desember 2007.  Aku langsung menyanggupi. Waktu itu dalam pikiranku, aku akan memberikan kesaksianku  telah lepas dari narkoba. 
Tiba di acara itu, aku juga bertemu dengan Yoan Tanamal dan Rony Sianturi.  Saat itu, aku ingat:  <span>Yakobus 5 ayat 16:  Karena itu, hendaklah kamu saling mengakui dosamu dan saling mendoakan supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar  bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya.</span>

Kesaksian Pertamaku  
Hatiku dag dig dug, namun saat itu aku bertekad tak hanya menceritakan masa laluku dengan narkoba, namun aku akan menguak rahasiaku, saat kecil mengalami pelecehan seksual oleh 2 orang laki-laki. 
Saat namaku dipanggil. Tubuhku bergetar hebat. Mengakui masa lalu yang sangat pahit , sangatlah berat.  Namun aku ingin doa  dari saudara-saudaraku, agar aku sembuh.  Aku melangkah maju menuju podium. Suara bisik-bisik, orang-orang mengobrol,  berdengung di telingaku. "Saudara-saudara, tolong diam sejenak. Aku akan mengungkap rahasia hidupku. Selain lepas dari ekstasi, ada kisah lain yang belum pernah aku ungkap," ujarku. Sekitar 300 orang  yang mendengarku, langsung terdiam. Mereka mendengarkan aku bicara selama setengah jam. Begitu usai mereka memelukku. Mereka tak pernah menyangka aku mengalami pelecehan seks di usia sangat muda.
Setelah pengakuan itu, aku merasa suka cita, dadaku terasa plong, bebas. Namun setelah itu aku deg-degan,  karena ini pengalaman pertamaku, aku takut respon  yang tak mengenakan.  Namun setelah kejadian itu, aku jadi lebih ringan. Aku yakin orang-orang itu mendoakan aku, supaya aku sembuh.
Mamiku terharu dan bangga melihat keberanianku ini. "Jupiter, kamu luar biasa," ujarnya.  Kupikir, bila aku menebarkan kisahku ini pada lebih banyak orang lagi,  artinya akan banyak berkah ditebarkan.  Karena aku ingin,  kisahku ini jadi  pelajaran bagi banyak orang.  Kalau aku ini begini akibat orang tua bercerai. Aku ingin gaungkan pada para orang tua untuk mengasihani anak-anak mereka, jangan sampai mereka senasib denganku.
Selama 3 jam aku berdoa pada Tuhan, untuk diijinkan berbicara pada  infotainmen, yang akan disaksikan penggemarku di seluruh Indonesia. Karena dengan media ini, suaraku akan lebih banyak didengar orang.  Setelah aku muncul di sebuah infotainmen dengan sebuah pengakuan. Aku pun merasa lega atas kejujuran ini meski sempat deg degan menanti dampak dari munculnya kisahku di infotainmen, pasti akan lebih hebat.

Caci Maki dan Dukungan  
Benar! Tak berapa lama, wajahku muncul di televisi, telepon genggamku terus berbunyi. Begit jugha SMS.  Isinya  ada yang menulis, munafik, kurang kerjaan dan cari sensasi. Tentu saja mereka tak menyantumkan nama di sms dengan nomor yang tak kukenal itu.   Tapi, puji Tuhan, lebih banyak yang mendukungku daripada mencaci maki. Demi Tuhan, untuk apa aku cari sensasi.  Tapi aku tak peduli dengan tanggapan orang, karena niatku baik.   Komunitasku  yang anggotanya ada yang mantan pelacur, gigolo, terus menerus mendorongku.  Bahkan, ada  3 orang lelaki dengan cucuran air mata mereka bercerita kalau pernah mengalami hal serupa ketika kecil. 
Sekarang kesibukanku  lebih banyak kutujukan untuk Tuhan. Pagi hingga siang hari aku kuliah bible,  siang hingga sore hari bertemu dengan teman-teman komunitas,  malam hari aku berdoa. Aku juga mengajar di Semarang. Tapi, aku tetap menjalani pekerjaanku sebagai artis, beberapa waktu yang lalu, aku syuting untuk FTV.

E-mail


Seorang pengangguran melamar pekerjaan sebagai "office boy"di Istana Negara, Jakarta . Petugas negara mewawancara dia dan melihat dia membersihkan lantai sebagai tesnya.

"Kamu diterima," katanya, "berikan alamat e- mailmu dan saya akan mengirim formulir untuk diisi dan pemberitahuan kapan kamu mulai bekerja." Laki-laki itu menjawab,"Tapi saya tidak punya komputer, apalagi e-mail."

"Maaf," kata Petugas negara itu. "Kalau kamu tidak punya e-mail, berarti kamu tidak hidup. Dan siapa yang tidak hidup, tidak bisa diterima bekerja."

Laki-laki itu pergi dengan harapan kosong. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan hanya dengan Rp.100.000 di dalam kantongnya. Kemudian ia memutuskan untuk pergi ke Pasar Minggu dan membeli 10kg peti tomat. Ia menjual tom at itu dari rumah ke rumah. Kurang dari 2 jam, dia berhasil melipatgandakan modalnya. Dia melakukan kerjanya tiga kali, dan pulang dengan membawa Rp.300.000

Dia pun sadar bahwa dia bisa bertahan hidup dengan cara ini. Ia mulai pergi bekerja lebih pagi dan pulang larut. Uangnya menjadi lebih banyak 2x sampai 3x lipat tiap hari.Dia pun membeli gerobak, lalu truk, kemudian akhirnya ia memiliki armada kendaraan pengirimannya sendiri.

Lima tahun kemudian, laki-laki itu sudah menjadi salah satu pengusaha makanan terbesar di Indonesia . Ia mulai merencanakan masa depan keluarga, dan memutuskan untuk memiliki asuransi jiwa.

Ia menghubungi broker asuransi, dan memilih protection plan. Sang broker pun menanyakan alamat e-mailnya.

Laki-laki itu menjawab, "Saya tidak punya e-mail."

Sang broker bertanya dengan penasaran, "Anda tidak memiliki e-mail, tapi sukses membangun sebuah usaha besar. Bisakah Anda bayangkan, sudah jadi apa Anda kalau Anda punya e-mail?!"

Laki-laki itu berpikir sejenak lalu menjawab, "Ya, saya mungkin sudah jadi office boy di Istana Negara!!

Pentingnya Pendidikan

Pendidikan adalah yang utama dan terutama di dalam kehidupan era masa sekarang ini. Sejauh kita memandang maka harus sejauh itulah kita harus memperlengkapi diri kita dengan berbagai pendidikan. Kita jangan salah memahami bahwa pendidikan diperoleh dengan cara menempuh jalur formal saja, dengan cara datang, duduk, mendengar dan selanjutnya hingga akan memperoleh penghargaan dari test yang sudah dilewati. Umumnya yang kerap kita dengar yaitu:

LONG LIFE EDUCATION

Pendidikan dapat diperoleh dengan berbagai cara terlebih lagi semakin mendukungnya perkembangan alat-alat elektronika sekarang ini. Dengan mudah kita beroleh informasi tentang perkembangan zaman baik dari belahan bumi barat terlebih lagi dari negara tetangga.

Ilmu pengetahuan, keterampilan, pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecekatan seseorang berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik diharapkan mampu mengubah keluarganya, kelak mengubah daerahnya dan kemudian mengubah negaranya serta mengubah dunia dimana dia hidup. Seperti puisi seorang suster yang sangat mengharapkan terciptanya kedamaian di muka bumi ini. Seseorang memiliki eksistensi tentang arti penting dirinya dan kehidupan yang diberikan Tuhan bagi dia dan sangat disayangkan jika itu berbuah dalam kesiasiaan.

Jika kita melirik sebentar ke negara-negara di Barat, mereka memberi perhatian penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan keterampilan sebab hal itu bagi mereka merupakan asset, modal utama untuk boleh andil bersaing dengan yang lain.

Misalnya saja, negara USA dengan penemuan-penemuan baru di bidang IPTEK, yang dapat dijadikan sebagai "nilai jual" ke negara lain tanpa menghilangkan keoriginalan penemuan awal yang mereka lakukan. Mereka tidak segan-segan harus mengeluarkan berjuta dolar untuk merealisasikan penemuan mereka.

Kita sebagai warga negara Indonesia tidak menuntut seperti itu di negara kita sebab melihat kondisi pendidikan masih jauh perlu pembenahan di berbagai bidang pendidikan. Sekalipun demikian realitanya, bukan berarti kita hanya berpangku tangan saja dan menonton berharap dari negara lain yang akhirnya di era free trade ini kita tidak lagi mampu maju untuk memberdayakan diri agar layak bersaing dan layak jual. Kita boleh bermimpi tapi hati-hati jangan menjadi pemimpi.

Secara ruang lingkup yang sempit di kawasan Negara kita sendiri masih ada yang tertinggal, tidak mampu baca dan tulis. Hal ini merupakan suatu kekhawatiran yang sangat sulit untuk diberantas jika kita masih berkutat pada pemahaman yang primitif atau sedikit lebih maju namun sekedar tekhnis saja.

Memandang keluar dan melihat keterbukaan dalam dunia globalisasi, menjadikan peranan pendidikan sangat vital untuk jadi penentu sebab dunia pendidikan mampu memotivasi terciptanya tekhnologi yang bisa diadaptasi, diimitasi bahkan disebarkan dengan cara yang cepat dan mudah. Yang kemudian hal tersebut dapat mendukung laju perkembangan suatu Negara.

Saat ini kita ditantang untuk belajar dan belajar sebab semakin kita tahu justru semakin banyak yang kita tidak tahu. Perkembangan bukan hitungan hari tetapi sudah bertolak ukur dengan hitungan detik. Dari waktu detik ke detik berikutnya sudah menghasilkan berbagai daya kreasi penemuan-penemuan di berbagai bidang. Mengingat hal itu, maka mari kita memanfaatkan kesempatan yang tersedia, bukan kesempatan yang memanfaatkan kita. Sebab saat ini telah dinyatakan dalam prakteknya bahwa manusia adalah subyeknya dan kualitasnya adalah kunci, bukan soal kuantitas lagi.

Kata bijak dari seorang berkebangsaan China yang menyatakan:

Give a man a fish
And you will feed him for a meal
But
Teach a man how to fish
And you will feed him for life

Kata bijak yang sangat menggugah kita yang mempunyai arti "berikan pada seseorang seekor ikan maka kamu memberi dia hanya sekali makan tapi ajarilah seseorang untuk memancing maka kamu telah memberi dia makan seumur hidupnya." Suatu ungkapan yang boleh diberi acungan jempol. Dalam ungkapan itu tersimpan makna yang ingin disampaikan adalah manusiakan manusia agar ia menjadi manusia, berdayakan, didik, latih, beri keterampilan agar kelak dia yang memberdayakan dan bertanggungjawab pada dirinya, kehidupannya serta masa depannya.

Kaum muda adalah pemegang kunci di setiap daerah, pemuda adalah penerus bangsa. Adalah realita yang harus kita akui bahwa pemuda-pemuda bangsa kita, sebelum maju bersaing sudah hampir kalah bersaing, tetapi tidak ada kata terlambat, sekarang juga mari semua kita perlengkapi anak-anak, diri kita untuk menjadi manusia-manusia kunci sebagai langkah menuju manusia yang siap pakai dan mempunyai daya kreatif tinggi serta bernilai jual yang layak di dunia Internasional. Tidak mudah tapi kita mampu. Mari kita buktikan kepada dunia bahwa kita sebagai anak bangsa sanggup berkreasi di kancah dunia.